Ilustrasi: freepik |
Berawal saat sampai di Stasiun Rawa Buntu, stasiun awal keberangkatan saya menuju tempat kerja berada di Slipi. Tujuan akhir ke Stasiun Tanah Abang. Ada pemandangan tak biasa yang saya lihat di peron. Tidak seperti biasanya, petugas penjaga pintu masuk hari itu berada di peron, menunggu kereta tiba. Dekat bersamanya seorang pria sekitar usia 35-an terlihat duduk sambil memegang tongkat yang bisa diatur panjang pendeknya, pria tersebut juga membawa tas ransel dipunggungnya.
Baca juga:
Cara mengurus ATM BCA yang tertelah atau hilang
Lari di GBK sekaligus kulineran
Kereta-pun tiba di peron 2 tujuan Stasiun Tanah Abang. Petugas tadi mengantar dan mengarahkan pria tersebut masuk ke gerbong kereta. Saya yang sudah berada di dalam tanpa pikir panjang mengambil alih pria tersebut setelah dilapas petugas, dan mengarahkannya ke kursi prioritas di ujung kanan belakang gerbong.
Setelah pria tersebuh duduk nyaman dan kereta memulai perjalanannya, saya berdiri di samping kursi pria tersebut sambil berpegangan pada tiang menyangga. Saya menanyakan tujuannya, dia menjawab "Tanah Abang, mas..". Saya pun mengiyakan, "Oke. Sama, Pak! Saya ijin bantu nanti ya, Pak"
Selama diperjalanan, pria tersebut cukup sibuk mengarahkan handphone digenggamannya. Hp selalu diarahkan ke bagian telinganya, sambil sesekali jarinya menggeser layar sentuh di hp tersebut. Saya mendengar suara dari hp-nya, seperti sistem pada hp dengan suara mengkonfirmasi perintah yang dilakukan oleh jarinya.
Mendekati stasiun tujuan, saya arahkan pria tersebut untuk bersiap-siap. Dia-pun langsung berdiri dari duduknya. Saya bilang, "Tunggu ya, Pak. Duduk aja dulu, nanti saya dampingi".
Keretapun berhenti dengan sempurna, Saya langsung bergerak mendapingi pria tersebut. Orang-orang disekitar kami-pun memberikan prioritas jalan, walau sesekali saya harus mengeraskan kalimat "Permisi...." terlebih dahulu.
Saya bertanya lagi ke pria tersebut, "Dari sini (Stasiun Tanah Abang) mau ke mana, Pak?", "Saya biasanya naik Grab, mas. Ke halte Kapal Api ya?" "Oke, Pak. Sama!"
Naik dan turun eskalator di Stasiun Tanah Abang, sampai di depan pintu keluar saya minta kartu e-money yang dipakainya, untuk saya tap out, lalu saya kembalikan.
Selama saya dampingi sampai pintu keluar, pria ini meminta posisi saya ada di depannya, dan dia memegang tangan saya. Karena sebelumnya, posisi saya berada di belakang atau sampingnya. Katanya, "Biar lebih cepat dan nggak terlalu kaku, Mas.. Hehehe". Maaf ya, Pak.. Ini pengalaman pertama saya.
"Saya pesan Grab di sini ya..."
"Tunggu, Pak... Nanti di halte Kapal Api aja. Sebentar lagi kok"
Dalam pikiran saya, gimana caranya seorang tunanetra bisa pesan ojek online dari hp-nya ya?
Di aplikasi kan ada banyak button...
Terus tentuin tujuannya gimana?
Dan beberapa pertanyaan lainnya...
Tepat di depan Kapal Api, beberapa drivel ojol Grab yang biasa menawarkan layanan Grab Now melihat ke arah kami, dan bertanya ke saya tujuan pria ini. Jalan Gajah Mada tujuan pria tersebut, dan dia sudah siap untuk memesan Grab dengan lokasi penjemputan dan tujuannya.
Ternyata selama dalam perjalanan kereta tadi, pria tersebut sedang mengatur pesanan Grab Bike-nya, ya dengan keterbatasan penglihatan yang dimiliki.
Salah satu driver-pun menerima orderannya tadi, seorang driver Grab Now minta ijin untuk mengubungi drivernya dan mengarahkan driver ke depan Kapal Api.
"Di Gajah Mada ada acara atau apa, Pak?", tanya penasaran saya,
"Engga, mas.. Saya ngontrak di Gajah Mada, mau pulang... Ini dari Rawa Buntu tadi abis dari rumah mertua", jawab pria tersebut.
"Anto... Anto....", teriak driver yang baru aja tiba di depan Kapal Api..
"Itu ada yang teriak Anto, itu saya, Mas..."
Saya dan driver Grab Now tadi minta tolong ke driver yang menerima order untuk mengantarkan ke alamat yang sudah ditentukan sendiri oleh pria tadi, lalu saya-pun mengarahkan pria tersebut naik ke motor. "Makasih banyak ya, Mas..." Kalimat perpisahan kami, dan motor-pun menuju tujuan.
Sampai sini, saya berharap semoga driver Grab tadi bisa menemukan alamat yang benar, entar bagaimana caranya.
Dan dari pengalaman ini, saya belajar banyak soal kehidupan, juga yang paling penting, jangan lupa bersyukur...