Larang dan Ditutup Saja Transportasi Online!

Om Imam
By -
Darurat Taksi dan Ojek Online di Indonesia

Keberadaan transportasi berbasis aplikasi semakin hari semakin menimbulkan masalah sosial di masyarakat. Baru-baru ini peristiwa penabrakan angkot kepada salah satu ojek online di Kota Tangerang yang merupakan bentuk dari kesenjangan sosial dan ekonomi terkait menurunnya pendapat supir angkot di daerah tersebut. Peristiwa ini harusnya tidak terjadi jika pemerintah tegas dan memiliki keputusan terkait beroperasinya transportasi online.



Masih ingat betul dengan ratusan supir taksi Blue Bird berunjuk rasa menolak keras keberadaan transportasi online hingga berunjung ricuh, dan keesokan harinya perusahaan taksi yang melantai di bursa saham dengan kode BIRD tersebut memberikan satu hari gratis layanannya, dan beberapa bulan kemudian  perusahaan taksi biru telah bekerjasama dengan Go-Jek untuk pemesanan armadanya. Masalah tidak selesai di sini, bukan dengan armada taksi, gesekan sosial kerap terjadi antara supir angkutan umum dengan transportasi online masih sering terjadi di beberapa daerah. Jika terus-menurus konflik sosial ini berlanjut, sebenarnya  Kemenhub dan Kemenkominfo bisa blokir aplikasi transportasi online tersebut.

Saya sering juga menggunakan layanan transportasi online, namun saya juga mencoba mendengar keluh kesah dari para pemain transportasi konvensional, seperti beberapa hari lalu saya naik Bajaj dari Stasiun Gambir ke Matraman. 



Benar memang, inovasi dan teknologi tak bisa dihindari, namun kita juga sebagai pengguna harus bisa melihat masalah ini lebih bijak dan berbagai sudut. Dan juga pada akhirnya transportasi online itu keniscayaan.

#buttons=(Ok, Go it!) #days=(20)

Our website uses cookies to enhance your experience. Check Now
Ok, Go it!